Kaidah Kelima : Maksud sebuah ucapan tergantung niat yang
mengucapkan.
القاعدة
الخامسة- مَقَاصِدُ اللَّفْظِ عَلى نِيَةِ الّلافِظِ |
Arti : Maksud sebuah ucapan tergantung niat yang mengucapkan
Penjelasan: Seseorang mengucapkan suatu kalimat bisa mengandung
beberapa arti,maka arti yang pas adalah yang sesuai dengan kehendak orang yang
mengucapkan.
Contoh:
1.
Seseorang yang mempunyai istri bernama
tholiq(artinya=orang yang sudah diceraikan),kemudian suaminya
memanggilnya”wahai tholiq”,kalau maksud suaminya memanggil nama,maka tidak
jatuh thalaq,tapi kalau memanggil dengan maksud tholaq,maka jadi tholaq.
2.
Seseorang mengucapkan kata tholaq 3
kali dalam satu kesempatan(aku menceraikanmu 3x),jika perkataan yang kedua dan
ketiga kalinya dimaksudkan memulai
ucapan yang baru,maka talaknya dihitung 3,tetapi jika ucapan yang kedua dan
ketiga kalinya dimaksudkan taukid,maka talaknya dihitung satu.
3.
Seseorang membacakan Qs Al Hijr:46( أُدْخُلُوْهَا
بِسَلامٍ أمِنِيْنَ) dalam Sholat,jika dimaksudkan qiro’at
setelah fatihah maka sholatnya sah,tapi
jika dimaksudkan mempersilahkan masuk bagi tamu yang sedang menunggu di
luar,maka sholatnya batal,dan jika dimaksudkan kedua hal tsb secara
bersamaan,maka sholatnya sah.
4.
Seseorang yang mengucapkan in sya
Alloh setelah niat(niat sholat atau shaum),jika dimaksudkan ta’liq
niat(menggantungkan niat dengan suatu perkara),maka niatnya batal,jika niat
hanya tabarruk,maka niat tidak batal.
Sumber :
Mukhtashor Ushul Fiqh wal Qowaidul Fiqhiyyah