ADAB KEPADA ORANG LAIN
Selain adab kepada diri sendiri,seorang Muslim hendaknya mempunyai adab juga terhadap sesama Makhluq baik itu sesama manusia ataupun makhluq Alloh yang lain,adab terhada sesama Makhluq antara lain:
1. Orang tua
Kedudukan orang tua dalam Islam sangatlah mulia,dalam beberapa ayat Alloh menempatkan berbuat baik kepada orang tua setelah kewajiban bertauhid kepada Alloh,bahkan berbuat baik kepada orang tua selalu dikuatkan dengan masdar taukid,salah satunya adalah dalam Firman Alloh Qs Al Isro 23-24
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً (23)
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً(24)
23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia .
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa”ihsan”atau berbuat baik kepada orang tua adalah sesuatu yang diperintahkan setelah bertauhid,dan Alloh juga melarang untuk menyakiti kedua orang tua,bahkan mengatakan”ah”saja tidak boleh,apalagi lebih dari mengatakan”ah”seperti membentak,memukul dan yang lainnya,karena di qiyaskan kepada larangan mengatakan”ah”.
Jika Alloh menetapkan berbuat baik kepada orang tua pada posisi setelah bertauhid kepada Alloh,maka Alloh juga menetapkan bahwa menyakiti orang tua adalah dosa besar kedua setelah musyrik,sebagaimana telah dikatakan Rosululloh dalam sebuah hadits
وعن أبي بكرةَ نُفيْع بنِ الحارثِ رضي اللَّه عنه قال : قال رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : "أَلا أُنَبِّئُكمْ بِأكْبَرِ الْكَبائِرِ ؟ " ثلاثاً قُلنا : بلَى يا رسولَ اللَّه : قال : " الإِشْراكُ بِاللَّهِ، وعُقُوقُ الْوالِديْن " وكان مُتَّكِئاً فَجلَسَ ، فقال:"أَلا وقوْلُ الزُّورِ وشهادُة الزُّورِ "فَما زَال يكَرِّرُهَا حتَّى قُلنَا : ليْتهُ سكتْ .متفق عليه.
Dari Abu Bakrah yaitu Nufai' bin al-Harits r.a'., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidakkah engkau semua suka saya memberitahukan perihal sebesar-besarnya dosa besar?" Beliau menyabdakan ini sampai tiga kali. Kita-para sahabat- menjawab: "Baiklah,ya Rasulullah." Beliau s.a.w. bersabda: "Menyekutukan kepada Allah dan berani kepada kedua orangtua." Semula beliau s.a.w. bersandar lalu duduk kemudian bersabda lagi: "Ingatlah, juga mengucapkan kedustaan serta menjadi saksi palsu." Beliau s.a.w. senantiasa mengulang-ulanginya kata-kata yang akhir ini, sehingga kita mengucapkan: "Alangkah baiknya, jikalau beliau diam berhenti mengucapkannya." (Muttafaq 'alaih)
Dalam kitab Minhajul Muslm diterangkan perbuata baik yang harus dilakukan kepada orang tua adalah:
a. Menta’ati semua perintah atau larangan dari keduanya,dengan cara melaksanakan perintah dan menjauhi hal yang tidak disukai orang tua,kecuali jika perintah tersebut adalah maksiat kepada Alloh dan menyalahi Syari’atnya karena tidak ada keta’atan kepada makhluq dalam kemaksiatan kepada Alloh sebagaimana dikatakan oleh Alloh(Qs Luqman:15) dan juga Rosululloh dalam haditsnya.
وَإِن جَاهَدَاكَ عَلى أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفاً وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
إنّما الطَّاعةُ فى المَعروف(رواه أبو داود)
“Keta’atan itu hanya dalam masalah kebaikan”(HR Abu Dawud)
لا طاعةَ لمَخْلوقٍ فى مَعْصِيَةِ الخالِق(رواه مسلم)
"Tidak ada keta’atan kepada makhluq ketika maksiat kepada Alloh”(HR Muslim)
b. Menghormati dan memuliakan mereka berdua seperti merendahkan diri kepada mereka berdua,menghormati dengan ucapan dan perbuatan,tidak mengeraskan suara kepada keduanya,tidak berjalan di depannya,tidak memanggil dengan menyebut namanya,tidak bepergian kecuali dengan seizinnya,dan lain lain.
c. Berbuat baik kepada keduanya seperti memberi makan dan pakaian kepada keduanya(jika mampu),mengobatinya jika sakit,mendahulukan kepentingan keduanya disbanding kepentingan dirinya dan kepentingan keluarga nya(jika sudah berkeluarga)
d. Bersilaturahmi kepada teman teman dan saudara saudaranya sepeninggal mereka berdua,medo’akan dan memintakan ampunan untuk mereka berdua,kecuali orang tua yang bukan mu’min,karena mendo’akan orang yang kita cintai tapi bukan mu’min adalah dilarang,sebagaimana Alloh firmankan dalam Qs At Taubah:113
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُواْ أُوْلِي قُرْبَى مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.”
2. Saudara Sesama Muslim
Seorang Muslim harus mengetahui bahwa saudaranya mempunyai hak hak yang harus dipenuhi dan dia harus berkomitmen untuk memenuhi hak hak tersebut dan meyakini bahwa memenuhi hak tersebut adalah merupakan bentuk ibadah kepada Alloh.
Diantara Hak hak yang harus dipenuhi tersebut adalah
a. Mendahulukan kepentingannya
Mendahulukan kepentingan saudara kita dalam urusan selain ibadah mahdoh adalah dianjurkan,hal tersebut telah dicontohkan oleh para Shohabat ketika orang orang Mekkah melakukan perjalanan hijrah ke Yatsrib,orang Yatsrib(Anshor)lebih mengtamakan saudara mereka(Muhajirin)dalam urusan tempat tinggal,makanan dan lain lain.
وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung(Al Hasyr:9)
Dalam kaidah Ushul fiqh juga dikatakan الإيثارُ بغَيْرِ العبادةِ مطلوبٌ = mendahulukan orang lain dalam urusan diluar ibadah adalah dianjurkan.
b. Mengucapkan salam kepadanya saat berjumpa sebelum mengajaknya berbicara,yaitu mengucapkan”Assalamu ‘alaikum”dan menjabat tangannya karena dengan berjabat tangan akan menggugurkan dosa,lalu dibalas dengan mengucapkan jawaban yang sama atau bahkan dengan yang lebih baik yaitu ucapan ”Wa’alaikukussalam Warohmatullohi Wabarokaatuh”.Hal ini berdasarkan Firman Alloh
وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيباً
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa) . Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.”(Annisa:86)
c. Mentasymitnya jika ia bersin,yaitu mengucapkan”Yarhamukalloh”bila dia bersin dan mengucap”Alhamdulillah”.Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW
إذا عَطَشَ أحدُكُم فليَقُل : الحمد لله,وليقُلْ له أخوه يَرحَمُكَ الله,فإذا قال له يَرحمكَ الله,فليَقُلْ له يَهْديكم اللهُ ويُصْلِحُ بالكم(رواه البخاري)
“Apabila seseorang diantara kalian bersin hendaklah dia mengucapkan”Alhamdulillah”dan hendaklah saudaranya mengucapkan”Yarhamukalloh”dan jika diucapkan”Yarhamukalloh”(semoga Alloh merahmatimu)maka hendaklah ia mengucapkan”Yahdikumulloh wa Yuslihu balakum”(semoga Alloh menunjukimu dan memperbaiki keadaanmu)
d. Menjenguknya bila ia sakit dan memohonkan kesembuhan baginya,berdasarkan sabda Nabi SAW
حقُّ المُسلِم على المسلِمِ خمْسٌ : رَدُّ السلام وعيادة المريضِ وإتباعُ الجنائزِ وإجابة الدّعوة وتشْميتُ العاطس(رواه البخاري)
"Hak seorang Muslim terhadap Muslim lainnya ada lima:Membalas salam,menjenguk orang sakit,mengantar jenazah,memenuhi undangan dan mentasymit orang yang bersin”.
e. Menasehatinya jika ia meminta nasihat,yakni dengan menjelaskan kepadanya apa yang dipandang baik terhadap urusan yang dimaksud,berdasarkan sabda Nabi SAW
إذا استَنْصَحَ أحدُكم أخاه فليَنْصَحْ لَهُ(رواه البُخاري)
“Jika seseorang diantara kalian meminta nasihat kepada saudaranya,maka hendaklah ia menasehatinya.”
Mencintai bagi saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri dan membenci bagi saudaranya apa yang dia benci untuk dirinya,berdasarkan sabda Nabi SAW
لا يُؤْمنُ أحدُكم حتَّى يُحِبَّ لأخيه ما يُحِبُّ لِنفسِهِ (رواه البخاري)
“Tidaklah seseorang diantara kalian beriman(dengan sempurna) sehingga ia mencitai(kebaikan)bagi saudaranya sebagaimana mencintai untuk dirinya sendiri.”
f. Menjaga darah,harta dan kehormatannya sebagaimana banyak ayat dan hadits yang menyatakan hal ini.
كُلُّ المسلمِ على المُسلِمِ حرام : دمُّه,ومالُه,وعِرْضُه(رواه مسلم)
“Setiap Muslim atas Muslim lainnya diharamkan darahnya,hartanya dan kehormatannya.”
لا يَحِلُّ لمسلمٍ أن يُشِيرَ إلى أخيْهِ بنَظْرةٍ تُؤديه (رواه أحمد)
“Seorang Muslim tidak boleh mengisyaratkan kepada saudaranya(sesama Muslim) dengan pandangan yang menyakitinya.”
المؤمن مَنْ أمِنةَ المؤمنونَ على أنفسِهم وأموالهم (روا الترمذي)
“Seorang Mu’min(sejati)adalah yang kaum Mu’minin(lainnya)merasa aman dari(gangguannya) pada diri dan harta mereka.”
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضاً أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(Al Hujurot:12)
3. Tetangga
Yang disebut tetangga ialah orang yang di sekeliling kita,yang menurut sebagian pendapat yaitu 40 rumah ke kanan,40 ke kiri.40 ke depan dan 40 ke belakang.
Diantara kewajiban terhadap tetangga adalah :
a. Berbuat baik terhadap tetangga dan memuliakannya,siapapun itu,apakah dia seorang Muslim atau kafir(dzimmiy atau muamman),bahkan Rosululloh memasukkan berbuat baik kepada tetangga sebagai ciri orang beriman kepada Alloh dan kepada hari akhir,sebagaimana dikatakan dalam haditsnya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ. [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya" (Riwayat Bukhari dan Muslim)
يا أبا ذرٍّ,إذا طَبَخْتَ مرَقةً فأكثِرْ ماءَها وتَعاهَد جيرَنَكَ (رواه الشيخان)
“Hai Abu Dzar,bila engkau memasak masakan berkuah,maka perbanyaklah kuahnya dan berikanlah(bagian) kepada para tetanggamu.”
b. Tidak menyakiti tetangga,seperti tidak bermuka masam,berkata kasar,termasuk mencaritahu dan menceritakan keburukannya,bahkan Rosululloh juga mengancam bahwa orang yang menyakiti tetangga tidak akan dimasukkan ke surga.
حَدَثَنا يَحْحى بْنُ أيّوب وقُتَيبَةُ بنُ سعيد وعلِيُّ بن حُجْرٍ,جميعا عن إسمعيل بن جعفر ,قال ابنُ أيّوب :حدثنا إسمعيل قال : أخْبَرَنى العَلاءُ عن أبِيه, عن أبي هُريرةَ أنّ رسولَ الله صلّى الله عليه وسلّم قال : لايَدْخُلْ الجَنّةَ مَن لا يأمَنُ جارُهُ بوائِقَهُ.
‘’ Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya”(HR Muslim)
4. Orang Kafir
Sikap orang beriman terhadap orang kafir bersifat kondisional,maksudnya tergantung keadaan,tidak selamanya orang kafir harus dimusuhi dan tidak selamanya pula mereka harus dilindungi,dalam Al Qur’an ada beberapa contoh penyikapan kita terhadap orang kafir yang tentu saja tidak mengorbankan aqidah atau tetap menjaga furqon,diantara sikap itu adalah :
a. Sikap kepada orang kafir yang tidak memerangi,dibolehkan berbuat baik kepada mereka,melindungi bahkan boleh memberinya makanan seperti yang dilakukan Rosululloh terhadap seorang pengemis yahudi yang buta di pasar Madinah.
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”(Al Mumtahanah:8)
Tetapi walaupun dibolehkan berbuat baik terhadap mereka,dalam urusan munakahat tetap saja hukumnya haram menikah dengan orang kafir,sebagaimana Firman Alloh.
لَا هُنَّ حِلٌّ لَّهُمْ وَلَا هُمْ يَحِلُّونَ لَهُنَّ
“Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka.”(Al Mumtahanah:10)
b. Sikap kepada orang yang kafir yang memusuhi islam.
#. Ummat Islam diharuskan bersikap Tidak berkasih sayang atau memberikan Loyalitas dengan mereka
لَا تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءهُمْ أَوْ أَبْنَاءهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.”(Al Mujadilah:22)
#. Membenci mereka dan millah mereka
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَاء مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَداً حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka : "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.”(Al Mumtahanah:4)
Demikianlah sikap sikap seorang Mu'min kepada orang lain,mudah mudahan kita bisa mencontoh sikap Rosululloh, Aamiin.
Wallahu A'lam bishshowaab